Home Sosial Humaniora Kecanduan Narkoba: Perjalanan dari Euforia ke Kehancuran
Sosial Humaniora

Kecanduan Narkoba: Perjalanan dari Euforia ke Kehancuran

Share
Kecanduan Narkoba: Perjalanan dari Euforia ke Kehancuran
Share

Edukasiku.net – Kecanduan narkoba adalah salah satu masalah terbesar yang dihadapi masyarakat kita saat ini. Namun, pernahkah kita benar-benar memahami apa yang dirasakan oleh mereka yang terjebak dalam lingkaran ini? 

Dari euforia sesaat hingga kehancuran yang perlahan menggerogoti hidup, kecanduan narkoba adalah perjalanan yang penuh dengan rasa sakit dan perjuangan. 

Artikel ini akan menggali lebih dalam untuk memahami sisi emosional dan fisik dari kecanduan, serta dampaknya yang menghancurkan. Mari kita buka mata dan hati kita untuk memahami lebih jauh tentang bahayanya. 

Apa Rasanya Kecanduan Narkoba?

Berita tentang artis yang terjerat kasus narkoba atau anak sekolah yang kecanduan sering menghiasi layar televisi. Meski sudah banyak larangan, kenyataannya masih ada jutaan kasus penyalahgunaan narkoba di Indonesia. 

Berdasarkan data Kompas.com (2024), jumlahnya mencapai 3,3 juta kasus. Di dunia, angkanya bahkan lebih mengejutkan—292 juta orang menggunakan narkoba pada tahun 2022 (UNODC 2022). Tapi, apa sebenarnya yang membuat orang tergoda? Dan bagaimana rasanya kecanduan narkoba?

Jenis Narkoba dan Efeknya

Narkoba memiliki berbagai jenis dengan efek yang berbeda. Ada yang membuat penggunanya merasa sangat berenergi, seperti bisa lari bolak-balik Bandung-Jakarta. Ada juga yang membuat tenang dan mengantuk, atau bahkan menyebabkan halusinasi—melihat dan mendengar hal-hal yang sebenarnya tidak ada. 

Salah satu jenis yang paling populer adalah sabu-sabu, yang memberikan efek euforia instan. Tapi, apakah efek ini benar-benar sepadan dengan risiko kecanduan?

Perjalanan dari Euforia ke Kecanduan

Saat pertama kali digunakan, sabu-sabu memberikan efek langsung seperti napas yang lebih cepat, gemetar, dan jantung berdebar-debar. Penggunanya merasa sangat percaya diri dan bahagia karena hormon dopamin yang dilepaskan dalam jumlah besar. 

Namun, efek ini tidak bertahan lama. Ketika dopamin habis, otak kembali ke kondisi normal, bahkan sering kali lebih buruk—menyebabkan kecemasan, kesedihan, hingga depresi. Inilah yang membuat pengguna merasa hidupnya hambar dan terus mencari narkoba sebagai sumber kebahagiaan.

Dampak Fisik dan Mental

Pengguna narkoba yang sudah kecanduan menunjukkan perubahan fisik dan mental yang jelas. Mulut kering, berat badan turun drastis, mata merah, kulit pucat, dan bau napas yang tidak sedap adalah beberapa tanda fisik. 

Secara mental, mereka menjadi sulit fokus, suka menyendiri, dan mudah marah. Yang lebih parah, otak mereka kehilangan kemampuan untuk memproduksi hormon bahagia secara alami, sehingga membutuhkan dosis yang semakin besar untuk merasakan efek yang sama.

Tantangan untuk Berhenti

Berhenti dari kecanduan narkoba, terutama sabu-sabu, bukanlah hal yang mudah. Gejala seperti pusing, kecemasan berlebih, depresi, hingga halusinasi sering kali menjadi hambatan. 

Namun, dengan dukungan yang tepat, pemulihan tetap mungkin untuk dilakukan. Di Indonesia, pecandu yang melapor dapat menjalani rehabilitasi gratis, memberikan harapan bagi mereka yang ingin lepas dari jeratan narkoba.

Baca juga: Pentingnya Pemahaman Anak tentang Makanan Sehat Guna Membentuk Kebiasaan Seumur Hidup

Masalah yang Lebih Besar

Masalah narkoba tidak hanya tentang kecanduan, tetapi juga berkaitan dengan kemiskinan, pendidikan, dan kebijakan. Di beberapa negara, pendekatan yang keras terhadap pecandu justru menimbulkan masalah baru, seperti hilangnya nyawa orang-orang yang tidak bersalah. 

Hal ini menunjukkan bahwa solusi untuk masalah narkoba membutuhkan pendekatan yang lebih manusiawi dan komprehensif.

Bersama Melawan Narkoba

Kecanduan narkoba adalah masalah yang kompleks, tetapi bukan berarti tidak ada harapan. Dengan dukungan keluarga, komunitas, dan kebijakan yang tepat, pemulihan bisa menjadi kenyataan. Mari kita jaga diri dan orang-orang di sekitar kita dari bahaya narkoba. Ingat, setiap langkah kecil yang kita ambil untuk peduli bisa membawa perubahan besar.

Penulis: Siti Kholifah

Editor: Haqqi Idral

Share

Leave a comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Related Articles
Mengapa Salam dengan Jabat Tangan Menjadi Standar Etika? Ini Fakta Sejarahnya!
Sosial Humaniora

Mengapa Salam dengan Jabat Tangan Menjadi Standar Etika? Ini Fakta Sejarahnya!

Edukasiku.net – Jabat tangan adalah salah satu simbol etika yang dikenal di...

Miris! 6 Fenomena Sosial Ini Bikin Banyak Orang Kehilangan Empati Tanpa Sadar
Sosial Humaniora

Miris! 6 Fenomena Sosial Ini Bikin Banyak Orang Kehilangan Empati Tanpa Sadar

Edukasiku.net – Fenomena sosial kehilangan empati bukan lagi sesuatu yang sulit ditemui....

10 Fakta Sosial yang Mengejutkan Nomor 7 Paling Tak Terduga
Sosial Humaniora

10 Fakta Sosial yang Mengejutkan! Nomor 7 Paling Tak Terduga!

Edukasiku.net – Banyak hal dalam kehidupan sosial yang sering luput dari perhatian....

Gagal SNBP 2025 Bukan Akhir Segalanya
PendidikanSosial Humaniora

Gagal SNBP 2025 Bukan Akhir Segalanya: Cara Bangkit dari Rasa Kecewa dan Raih Kesempatan Baru

Edukasiku.net- Bagi sebagian besar siswa kelas 12, Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP)...