Home Buku Nilai Moral Dalam Buku “Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin”  Karya Tere Liye
Buku

Nilai Moral Dalam Buku “Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin”  Karya Tere Liye

Share
Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin
Share

Edukasiku.net- Novel Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin karya Tere Liye merupakan salah satu karya sastra yang penuh dengan makna dan pesan kehidupan. 

Mengangkat kisah tentang perjuangan, pengorbanan, dan penerimaan terhadap takdir, novel ini tidak hanya menawarkan alur cerita yang menarik tetapi juga mengandung berbagai nilai moral yang dapat dijadikan pelajaran bagi pembacanya. 

Melalui perjalanan hidup tokoh-tokohnya, novel ini menggambarkan bagaimana manusia menghadapi berbagai rintangan dengan ketulusan, kesabaran, dan kebijaksanaan.

Artikel kali ini akan membahas nilai moral yang ada dalam buku fenomenal ini, simak terus sampai akhir ya.

Sekilas mengenai Buku “Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin”

Kisah dalam novel *Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin* karya Tere Liye menggambarkan perjalanan hidup Tania, seorang gadis kecil yang harus menghadapi berbagai cobaan sejak usia 12 tahun. 

Kehilangan ayahnya membuatnya terpaksa putus sekolah dan mengamen bersama adiknya, Dede, selama tiga tahun demi bertahan hidup. Mereka tinggal di sebuah rumah kardus di pinggiran kota bersama sang ibu, yang berjuang untuk tetap bertahan di tengah keterbatasan.

Di tengah kesulitan tersebut, hadir sosok Danar, seorang pria baik hati yang tanpa pamrih membantu Tania dan keluarganya. Kehadirannya bagaikan malaikat yang membawa harapan baru bagi kehidupan mereka. 

Danar memastikan kebutuhan Tania dan keluarganya terpenuhi, mulai dari tempat tinggal yang layak, makanan, hingga pendidikan. Ketulusan yang ditunjukkan Danar secara perlahan menumbuhkan perasaan yang tak seharusnya ada dalam diri Tania—perasaan yang semakin hari semakin nyata.

Seiring berjalannya waktu, kehidupan Tania membaik. Mereka bisa tinggal di kontrakan yang lebih layak, ibunya membuka usaha kue, dan Tania kembali bersekolah dengan prestasi gemilang. 

Namun, kebahagiaan itu tidak bertahan lama. Satu tahun setengah bulan setelah kehidupan mereka membaik, ibunya meninggal dunia, meninggalkan luka mendalam bagi Tania dan Dede. 

Baca Juga Buku Bajakan adalah Penistaan terhadap Kaum Intelektual 

Di saat keterpurukan kembali menghampiri, Danar tetap ada untuk merangkul Tania dan adiknya, memberi mereka kekuatan untuk bangkit. Dengan tekad yang kuat, Tania pun melanjutkan pendidikannya ke Singapura melalui beasiswa, mewujudkan impian yang selama ini ingin ia persembahkan untuk kedua orang tuanya.  

Di Singapura, Tania tumbuh menjadi gadis yang tangguh, cerdas, dan penuh kebaikan. Ia menjadi salah satu siswa terbaik dan kembali mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan pendidikan di jenjang SMA. 

Seiring waktu, Tania mulai memahami perasaannya sendiri. Rindu yang ia rasakan terhadap Danar bukan lagi sekadar rasa hormat atau kasih sayang layaknya seorang kakak, melainkan sesuatu yang lebih dalam—sebuah perasaan yang menempati ruang istimewa di hatinya.

Dari sini kisah ini bergulir lebih dalam, rahasia yang tersembunyi dan kenyataan yang dengan baik ditutup para tokoh mulai terkuak dan mencapai akhir.  Segala rasa sakit kecewa akibat seluruh konflik dapat berakhir dengan baik dan juga tragis.

Nilai-Nilai moral yang Terkandung dalam buku “Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin”

Menurut  Qoyyimah & Suparman (2016) dalam artikel yang membahas mengenai nilai mora dalam buku ini menyebutkan bahwa nilai-nilai moral dalam novel Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin karya Tere Liye dapat dikategorikan ke dalam empat aspek utama.

  1. Hubungan manusia dengan diri sendiri mencakup berbagai sikap dan emosi, seperti kesadaran untuk mengakui kesalahan, memiliki pendirian yang kuat, merasakan kesedihan dan kebencian, menepati janji, bersikap bijaksana, bersyukur, waspada, percaya diri, serta merasakan kerinduan.
  2. Hubungan manusia dengan sesama mencerminkan nilai-nilai sosial, seperti menunjukkan kasih sayang, menghormati orang tua, memiliki kepedulian terhadap orang lain, senang membantu, dan bersikap ramah.
  3. Hubungan manusia dengan lingkungan terlihat dalam kepatuhan terhadap peraturan yang berlaku, yang mencerminkan sikap tanggung jawab dalam kehidupan bermasyarakat.
  4. Hubungan manusia dengan Tuhan diwujudkan dalam sikap bersyukur atas segala nikmat yang diberikan dan kebiasaan berdoa sebagai bentuk ketakwaan dan harapan kepada-Nya.

Novel ini merupakan novel yang bagus, kisah yang inspiratif buka hanya mengenai romansa namun juga mengenai kehidupan, perjuangan, harapan dan keterpurukan seseorang. Terkadang takdir memang berjalan tanpa terarah, namun layaknya daun yang jatuh tak pernah membenci hujan, mari hidup dengan ikhlas semuanya.

Penulis: Ai Afifah

Editor: Muhammad Rohman

Share

Leave a comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Related Articles
Nilai-Nilai Kehidupan Dalam Buku “ Tentang Kamu” Karya Penulis Tere Liye
Buku

Nilai-Nilai Kehidupan Dalam Buku “ Tentang Kamu” Karya Penulis Tere Liye

Edukasiku.net- Tere Liye merupakan nama pena dari penulis asal indonesia. buku-bukunya selalu...

Novel Bergenre Fantasi
Buku

Rekomendasi Novel Bergenre Fantasi yang Wajib Kamu Baca Minimal Sekali Seumur Hidup

EDUKASIKU.NET – Membaca novel bergenre fantasi menjadi menjadi solusi paling asyik jika...

Buku Bajakan adalah Penistaan terhadap Kaum Intelektual
Buku

Buku Bajakan adalah Penistaan terhadap Kaum Intelektual 

Edukasi.net- Apa itu buku bajakan? Sebelum itu pembaca yang budiman, pernahkah teman-teman...