Home Sosial Humaniora Banyak Sarjana Susah Kerja, Kenapa Bisa Terjadi?
Sosial Humaniora

Banyak Sarjana Susah Kerja, Kenapa Bisa Terjadi?

Share
Banyak Sarjana Susah Kerja, Kenapa Bisa Terjadi?
Share

Edukasiku.net- Mendapatkan gelar sarjana tentunya adalah sesuatu yang diidam-idamkan oleh semua orang. Yaps, dengan bergelar sarjana itu berarti kamu telah diakui telah menyelesaikan studi berdasarkan jurusan yang kamu ambil. Namun, fenomena hari ini justru memperlihatkan jika sarjana susah kerja, dan itu bukan satu dua orang saja, banyak lulusan sarjana yang justru belum mendapat kerja. Kenapa bisa terjadi?

Permasalahan ketenagakerjaan di Indonesia adalah permasalahan klasik yang sedari dulu belum terselesaikan secara tuntas. Program pemerintah seperti Pra Kerja rupanya belum cukup untuk menekan tingkat pengangguran di negara ini. Dan memang permasalah nampaknya bukan hanya sebatas sedikitnya lowongan pekerjaan yang ditawarkan, sebab permasalahan ketenagakerjaan di Indonesia terbilang kompleks.

Menjamurnya Perguruan Tinggi

Tidak seperti di zaman bapak atau ibu kita dahulu, hari ini kita akan dengan mudah menjumpai seseorang yang bergelar sarjana, seakan menjadi sarjana di Indonesia adalah hal yang lumrah. Per hari ini ada banyak sekali Perguruan Tinggi dan Universitas di Indonesia, baik itu negeri ataupun swasta.

Dengan banyaknya instansi pendidikan di tingkat lanjut tersebut, seharusnya bisa menjadikan bangsa Indonesia leluasa dalam melanjutkan studinya, walaupun untuk berkuliah sekalipun juga memerlukan biaya yang lumayan. Bahkan, jurusan perkuliahan hari ini pun terbilang lebih lengkap dan spesifik sesuai dengan bidang yang ingin kita giati.

Namun banyaknya Perguruan Tinggi dan Universitas bukan satu jaminan seseorang tidak susah kerja di kemudian hari. Pada dasarnya, kedua instansi tersebut memberikan bekal berupa pembelajaran yang terkait dengan bidang yang akan diambil, urusan jaminan pekerjaan bukan menjadi ranah mereka.

Satu hal yang pasti, Perguruan Tinggi memberikan Ijazah sebagai tanda bukti selesai dalam masa studi, dan Ijazah tersebut bisa digunakan untuk mendaftar pekerjaan. Sayangnya, stigma umum di masyarakat justru menganggap jika lulus kuliah berarti akan dapat kerja sesuai dengan jurusan yang diambil. Dan pada kenyataanya tidak sesederhana itu.

Jika kita melihat statistik, Data Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan jumlah pengangguran terbuka di Indonesia mencapai 8,43 juta jiwa pada Agustus 2022. Sebanyak 7,99% atau sekitar 673,49 ribu penganggur berasal dari lulusan universitas.

Tentu ini menjadi dilema bersama, jika yang mendapatkan kesempatan untuk sarjana susah kerja, apalagi mereka yang tidak berasal dari lulusan sarjana. Tanpa bermaksud mendiskreditkan pihak yang sarjana atau tidak, namun hal ini menjadi evaluasi bersama-jika pendidikan kita belum berorientasi pada kerja.

Banyak Sarjana Susah Kerja

Fenomena banyak sarjana susah kerja bukanlah hal yang bisa dianggap sepele, sebab ini terkait dengan masa depan generasi, termasuk diri kita. Idealnya, mereka yang berkesempatan belajar di perkuliahan bisa memperoleh kerja sesuai dengan jurusannya, namun hal tersebut tidak selalu berjalan apa adanya. 

Bahkan mantan Mendikbud Ristek tahun lalu, Nadiem Makarim pernah mengatakan jika 80% lulusan sarjana tidak bekerja sesuai dengan jurusannya. Artinya hanya ada 20% saja lulusan Universitas yang bekerja linier dengan jurusan yang diambil ketika perkuliahan. Hal tersebut bukan tanpa sebab, bisa jadi dikarenakan pihak pemberi kerja memberikan kualifikasi yang tidak mampu dipenuhi oleh para lulusan sarjana.

Dikarenakan sarjana susah kerja sesuai dengan jurusannya itulah yang menjadikan mereka bekerja tidak linier dengan jurusannya. Sebetulnya secara normatif hal tersebut tidaklah menyalahi aturan, namun hal tersebut menjadi bukti jika pembelajaran di perkuliahan tidak menjamin pekerjaan yang sesuai dengan jurusan.

Faktor lainnya adalah pengalaman kerja dan skill yang dimiliki oleh para lulusan sarjana. Banyak sarjana susah kerja disebabkan minimnya pengalaman kerja dan skill yang pas-pasan. 

Jadi Bagaimana?

Tentu saja kualitas pendidikan perlu ditingkatkan. Kurikulum perkuliahan harus lebih relevan dengan kebutuhan pasar, dan mahasiswa harus diberikan kesempatan untuk mengasah keterampilan praktis melalui magang atau proyek nyata. Selain itu, pemerintah juga perlu menciptakan kebijakan yang mendukung pertumbuhan ekonomi dan membuka lapangan kerja baru. 

Selanjutnya, lulusan sarjana susah kerja juga harus proaktif dalam mempersiapkan diri untuk terus belajar dan mengembangkan diri, serta membangun jaringan yang luas. Maka untuk mencapai semua ini semua pihak harus terlibat.

Share

Leave a comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Related Articles
Gagal SNBP 2025 Bukan Akhir Segalanya
PendidikanSosial Humaniora

Gagal SNBP 2025 Bukan Akhir Segalanya: Cara Bangkit dari Rasa Kecewa dan Raih Kesempatan Baru

Edukasiku.net- Bagi sebagian besar siswa kelas 12, Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP)...

People Pleaser: Mengenal Ciri-ciri dan Dampaknya dalam Kehidupan
Sosial Humaniora

People Pleaser: Mengenal Ciri-ciri dan Dampaknya dalam Kehidupan

Edukasiku.net –  Dalam kehidupan sehari-hari berinteraksi dengan macam-macam kepribadian, salah satunya mungkin...

Chronically Online: Apa Itu dan Mengapa Kita Perlu Tahu?
Sosial Humaniora

Chronically Online: Apa Itu dan Mengapa Kita Perlu Tahu?

Edukasiku.net – Di era digital ini, internet menjadi hal yang tak terpisahkan...

Mau Kuliah Sosial? Ini Dia 7 Jurusan Soshum Paling Diminati di Indonesia!
Sosial HumanioraPendidikan

Mau Kuliah Sosial? Ini Dia 7 Jurusan Soshum Paling Diminati di Indonesia!

Edukasiku.net – Jurusan soshum atau singkatan dari sosial humaniora merupakan ilmu pengetahuan...